Kegagalan Adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Sebuah Perjalanan

Bintari Citra Kurniawan, Penulis Buku “Lentera Asa: Bangkit Itu Bukan Pilihan tetapi Kekuatan”

Sabtu 27 September 2025, Itera Press mengadakan bedah buku “Lentera Asa: Bangkit Bukan Pilihan tetapi Kekuatan” dengan menghadirkan mahasiswa berprestasi peringkat 1 Itera tahun 2025 dan sekaligus penulis buku tersebut, Bintari Citra Kurniawan serta koordinator ISBN & SSKCKR Itera Press, Harits Setyawan. Pada kesempatan tersebut, Bintari memulai dengan menjelaskan mengapa memilih judul “Lentara Asa”. Menurutnya, setiap orang pasti pernah berada pada titik gelap di dalam hidupnya di mana harapan seolah padam tetapi di tengah kegelapan itu akan selalu ada seberkas cahaya yang ia analogikan dengan lentera. Buku dibuka dengan “BAB 1: Jatuh itu pasti” untuk mengajak pembaca berdamai dengan kenyataan bahwa kegagalan adalah bagian tak terpisahkan dari sebuah perjalanan, bahkan dari sebuah pencapaian. Bintari berpendapat gagal bukan berarti tamat tetapi tanda bahwa kita sedang belajar.

Bintari Citra Kurniawan dalam acara bedah buku “Lentera Asa: Bangkit Itu Bukan Pilihan tetapi Kekuatan”

Setelah berani mengakui bahwa kegagalan itu wajar, “BAB 2: Luka yang Menguatkan” menghadirkan kisah-kisah kegagalan dari orang-orang ternama di dunia untuk mengajak pembaca agar tidak takut terhadap rasa sakit, tidak menganggap luka sebagai trauma, tetapi energi dan bekal perjalanan yang bisa menjadi titik balik seseorang untuk meraih keberhasilan. “Tidak ada cara lain untuk menyembuhkan luka kecuali dengan menjadikannya pelajaran hidup yang bisa dipetik”, ungkap Bintari. Buku dilanjutkan dengan “BAB III: Refleksi Kegagalan”. Pada bab ini, pembaca dibantu untuk mengelola emosi setelah mengalami kegagalan, membedakan kritik yang membangun dan merusak, serta menumbuhkan pikiran-pikiran positif yang dapat membantu bangkit dari kegagalan. Tanpa refleksi seseorang dapat terus mengulang kesalahan yang sama sehingga menurut Bintari, refleksi adalah proses penyelesaian masalah agar langkah-langkah berikutnya lebih matang.

Kadang seseorang ingin bangkit tetapi tidak tahu ke mana harus melangkah. Oleh sebab itu, “BAB IV: Bangkit dengan Tujuan” membekali pembaca dengan pengetahuan untuk merancang kembali hidup dengan cara yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu. Pada bab ini, Bintari juga memperkenalkan “Konsep Mentalitas Lentera Juang” yang dapat membantu pembaca tidak hanya kembali bangkit tetapi juga berjalan dengan arah yang jelas. “Bangkit tanpa arah sama saja seperti berlari di dalam lingkaran”, tuturnya. Lebih lanjut lagi, sering kali seseorang sudah kuat dan sudah memiliki kehidupan yang baik tetapi runtuh karena berada di lingkungan yang salah. “BAB V: Mengelilingi Diri dengan Cahaya” membantu meneguhkan langkah pembaca dengan pemahaman tentang pentingnya pola pikir yang membangun, mentor yang baik, dan lingkungan yang positif karena manusia tidak bisa terus menerus berjuang sendirian. Bintari menjelaskan jika kita hanya mengandalkan kekuatan pribadi, kita akan mudah runtuh tetapi ketika kita dikelilingi oleh orang-orang dengan vibe yang positif, orang-orang tersebut akan menjadi cahaya yang memungkinkan kita untuk terus melangkah meskipun berada di kondisi yang begitu gelap.

Harits Setyawan dalam acara bedah buku “Lentera Asa: Bangkit Itu Bukan Pilihan tetapi Kekuatan”

Penyampaian materi dilanjutkan oleh Harits Setyawan yang merupakan koordinator ISBN & SSKCKR Itera Press. Harits sangat mengapresiasi keberhasilan Bintari dalam menerbitkan buku “Lentera Asa: Bangkit Bukan Pilihan tetapi Kekuatan” melalui Itera Press. Menurutnya, itu adalah pencapaian yang luar biasa dan sangat mendukung dalam membangun citra profesional di mata publik. Harits mengajak rekan-rekan mahasiswa tidak ragu untuk menerbitkan buku sedini mungkin dan memanfaatkan masa-masa ketika masih berstatus sebagai mahasiswa. “Kita memiliki dosen-dosen yang dapat membimbing sehingga tulisan mahasiswa bisa tembus ke jurnal internasional bereputasi, fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk berkarya, serta rekan-rekan mahasiswa/i dengan minat dan tujuan yang sama sehingga memudahkan kerja sama. Hal-hal tersebut akan sulit ditemukan dan bahkan bisa jadi tidak akan ditemukan ketika kita bukan lagi seorang mahasiswa”, tuturnya.

Harits juga menjelaskan bahwa memberitakan prestasi-prestasi yang berhasil diraih oleh mahasiswa/i melalui website prodi dan kampus juga tidak kalah penting. Berita-berita yang diterbitkan oleh kampus memiliki kredibilitas yang tinggi sehingga akan muncul di barisan teratas dalam mesin pencari, misalnya Google. Hal ini akan mempermudah pencarian informasi dan berdampak pada dikenalnya mahasiswa/i oleh masyarakat luas. Bahkan ketika mahasiswa/i tersebut sudah wisuda dan memasuki dunia kerja, rekam jejak yang ditinggalkan melalui berita-berita itu akan terus berkontribusi dalam memberi citra positif pada dirinya. “Sekarang ini masyarakat pada umumnya mencari informasi menggunakan mesin pencari yang ada di perangkat elektronik seperti ponsel atau tablet di mana informasi-informasi yang muncul adalah informasi yang tersedia secara daring. Oleh sebab itu, penting bagi mahasiswa/i untuk tersorot oleh media berita”, pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.