Tingkatkan Partisipasi Mahasiswa dalam Publikasi

✨ITERA PRESS SEMINAR SERIES 2023✨

Institut Teknologi Sumatera Press Proudy Presents

Tema: “Tingkatkan Partisipasi Mahasiswa dalam Publikasi”

👨🏼‍💼Narasumber: Harits Setyawan (Institut Teknologi Sumatera Press)

👨🏼‍💼Narasumber: Doni Alfaruqy (Institut Teknologi Sumatera Press)

👨🏼‍💼 Moderator: Muhammad Arhan Rajab (Dosen Program Studi Sains Lingkungan Kelautan, ITERA)

🗓️ Hari, tanggal: Jumat, 08 Desember 2023
🕐 Waktu : 15.00 – 16.30 WIB
📝Link Zoom:
https://us02web.zoom.us/j/83969983804?pwd=bFZEdUpqQXBGdVhveUFkZ1lMOTNJdz09

Meeting ID: 839 6998 3804
Passcode: 255657

Penerbit sebagai Unit Penunjang Akademik

✨ITERA PRESS SEMINAR SERIES 2023✨

Institut Teknologi Sumatera Press Proudy Presents

Tema: “Penerbit sebagai Unit Penunjang Akademik”

👨🏼‍💼Narasumber: Eko Agung Syaputra (Institut Teknologi Kalimantan Press)

👨🏼‍💼Narasumber: Harits Setyawan (Institut Teknologi Sumatera Press)

👨🏼‍💼 Moderator: Doni Alfaruqy (Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual, ITERA)

🗓️ Hari, tanggal: Jumat, 08 Desember 2023
🕐 Waktu : 10.00 – 11.30 WIB
📝Link Zoom:
https://us02web.zoom.us/j/84589756771?pwd=NGUwMWJLRFNBMXp2VGkwL21KV0JEQT09

Meeting ID: 845 8975 6771
Passcode: 133991

Dosen DKV ITERA, Harits Setyawan, Kembali Raih Rekognisi Internasional

Harits Setyawan, Dosen DKV Institut Teknologi Sumatera

Dosen DKV Institut Teknologi Sumatera, Harits Setyawan, kembali raih rekognisi internasional dengan terpilih sebagai salah satu respondent untuk the Times Higher Education Wold University Rankings. Harits diundang untuk berpartisipasi dalam merekomendasikan dan menilai kampus melalui survei THE’s 2024 Global Academic Reputation. Ia dipilih karena rekam jejaknya yang gemilang sebagai dosen selama ini.

Sebelumnya di tahun 2023 ini, Harits Setyawan dinobatkan sebagai Grandmaster Asia Book of Records atas keberhasilannya melakukan penerbitan sebanyak 61 buku dalam kurun waktu 1 tahun. Ia juga menerima penghargaan dari Indonesia Book of Records dengan tercatat sebagai dosen yang diterima bekerja di 10 kampus di Indonesia. Tidak hanya itu, Harits juga berhasil membawa ITERA Press meraih penghargaan pada Pekan Penghargaan Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada bulan September lalu. Masih di tahun yang sama, ia meraih predikat penulis dan editor profesional sekaligus dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui jalur Portofolio. Bahkan, ia juga berhasil menjadi dosen peringkat 1 SINTA Score Overall se-Institut Teknologi Sumatera.

Harits Setyawan, Dosen Berprestasi pada Hasil Pencarian Google

Dengan berbagai prestasi yang diraihnya, tidak heran Harits Setyawan masuk ke dalam hasil penelusuran teratas “Dosen Berprestasi” di Google. Harits mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kampus ITERA. Menurutnya, prestasi-prestasi itu dapat diraih karena ia bekerja di kampus yang mendukung civitas akademikanya untuk meraih berbagai prestasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kampus terbaik di Indonesia, Institut Teknologi Sumatera.

ITERA Press Maksimalkan Peningkatan SINTA Skor Penulis dan Distribusi Buku

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Perpusnas RI tentang buku berbagai versi, “Buku yang dibuat dalam berbagai ukuran atau dibuat dalam berbagai format harus didaftarkan terpisah sehingga masing-masing mempunyai cantuman ISBN berbeda.”
(sumber: https://isbn.perpusnas.go.id/Home/Faq#section1), Perpusnas RI memberi ISBN pada beberapa bentuk buku, seperti cetak, PDF, ePUB, audio, dan audio-visual. Oleh sebab itu, sebuah buku bisa memiliki lebih dari 1 ISBN, pada umumnya yaitu ISBN untuk versi cetak dan ISBN untuk versi elektronik. Sayangnya, banyak penerbit hanya mengajukan 1 versi ISBN saja karena tidak ingin repot dengan pelaporan buku ke Perpusnas atau menganggap lebih dari 1 ISBN untuk sebuah buku tidak bermanfaat.

Bagi sebagian penulis, memiliki lebih dari 1 ISBN pada sebuah buku memang tidak membawa manfaat. Terlebih, buku elektronik bisa dicetak dan buku cetak pun pasti memiliki softcopy yang berbentuk elektronik. Akan tetapi bagi penggiat pendidikan tinggi, setiap versi ISBN sangat berarti demi mendorong peningkatan SINTA skor.

Buku merupakan salah satu jenis publikasi yang dapat diklaim pada laman SINTA. Pada kategori buku, ISBN menjadi patokan agar tidak bisa diklaim 2 kali oleh penulis yang sama. Berdasarkan mekanisme perekaman pada laman SINTA tersebut, baik ISBN versi cetak maupun ISBN versi elektronik pada sebuah buku dapat diklaim karena merupakan 2 ISBN yang berbeda.

ITERA Press mengkonversi buku ke dalam beberapa bentuk untuk dukung peningkatan SINTA skor penulis. Salah satu buku yang sudah berhasil diterbitkan dalam beberapa bentuk yaitu Writing for the Public: 978-623-95199-0-2 (Cetak), 978-623-8315-98-7 (PDF), 978-623-8315-44-4 (EPUB). Harits Setyawan mengungkapkan, “ITERA Press sudah mampu mengajukan 3 jenis ISBN tetapi Perpusnas RI menyediakan 5 jenis. Oleh sebab itu, kami akan terus meningkatkan kemampuan meskipun tidak mudah. ITERA Press memerlukan tidak hanya tenaga dan skill tetapi juga perangkat elektronik dan media penyimpanan yang mendukung.”.

Harits menambahkan, menerbitkan buku dalam berbagai bentuk memungkinkan jangkauan distribusi yang lebih luas sehingga buku dapat lebih mudah diakses oleh pembaca. Selain itu, buku juga akan mampu menjaring lebih banyak pembaca yang bisa berdampak pada peningkatan sitasi. Mempertimbangkan manfaat-manfaat yang dapat diraih oleh penulis, ITERA Press membuka pengajuan beberapa jenis ISBN untuk umum. Meskipun demikian, mengingat persediaan ISBN yang dikabarkan semakin sedikit. Perpusnas RI bisa jadi suatu saat melakukan pembatasan ISBN terhadap format dan ukuran buku. Oleh sebab itu, program ini akan diadakan selama pembatasan tersebut belum diterapkan.

ITERA Press Luncurkan Nomor Identifikasi Buku

Qr-code dan Barcode ITERA Press

Perpusnas RI kian hari kian membatasi pemberian ISBN. Hal itu menyebabkan tidak semua buku bisa memperoleh nomor identifikasi tersebut. Padahal, setiap buku yang terbit memerlukan tanda identitas agar mudah ditelusuri asal-usulnya. Oleh sebab itu, ITERA Press meluncurkan nomor identifikasi untuk buku-buku yang diterbitkan tanpa ISBN.

ITERA Press Book Number (IPBN) merupakan serangkaian nomor yang terdiri dari 13 digit angka sebagai tanda identitas buku. Sampul belakang buku yang diterbitkan tanpa ISBN akan diberikan Barcode dan Quick Response (QR) Code yang dapat dipindai menggunakan perangkat elektronik, seperti mobile phones dan scanners. Dengan demikian, masyarakat dapat menelusuri rekam jejak penulis dan penerbit.

Harits Setyawan menjelaskan buku tanpa identitas yang jelas dapat menimbulkan persepsi negatif dan kekhawatiran. Dengan memberikan tanda identitas pada setiap buku yang diterbitkan, penerbit akan mampu mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan, membantu penulis agar dikenal oleh masyarakat, serta mempermudah pembaca dalam membuat kutipan dan referensi.

ITERA Press Bersinergi “Dukung Program Studi Raih Predikat Unggul di Tingkat Nasional”

Harits Setyawan, Koordinator Permohonan ISBN dan Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (SSKCKR) ITERA Press

Tidak dapat dipungkiri, penerbit kampus berperan besar dalam menunjang kegiatan akademik. Dosen dapat menerbitkan buku dengan lebih mudah di penerbit yang sudah disediakan oleh kampus dan tanpa biaya. Bahkan, ada banyak penerbit kampus yang kini telah menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk membantu pemasaran dan pendistribusian buku. Tidak hanya itu, mahasiswa dapat belajar bagaimana mengelola sebuah penerbitan buku dengan mengikuti program magang Kampus Merdeka yang dapat memberikan pengalaman tentang dunia kerja. Mahasiswa juga berkesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh penerbit kampus dan menimba ilmu dari narasumber-narasumber yang sukses berkat buku yang mereka tulis.

Sebagai salah satu penerbit kampus di Indonesia, ITERA Press mendukung tercapainya target publikasi, serta bersinergi dengan jurnal ilmiah dan sentra kekayaan intelektual yang juga telah disediakan oleh kampus. Salah satu hasil dari sinergi tersebut yaitu keberhasilan program studi DKV institut Teknologi Sumatera (ITERA) meraih peringkat 1 Sinta Score Overall dan peringkat 3 Sinta Score 3Yr dari 125 program studi desain se-Indonesia berdasarkan data di laman: https://sinta.kemdikbud.go.id/departments?q=desain+komunikasi+visual yang diakses pada hari kamis 09 November 2023. Di usia yang masih belia, prodi tersebut mampu memantapkan posisinya sebagai program studi desain yang unggul di tingkat nasional.

Harits Setyawan, koordinator Permohonan ISBN dan Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (SSKCKR) ITERA Press, menyampaikan unit-unit penunjang akademik yang disediakan oleh kampus merupakan kendaraan-kendaraan yang dapat membantu civitas akademikanya mencapai tujuan dengan lebih mudah. Oleh sebab itu, mari kelola dan gunakan dengan sebaik mungkin.

ITERA Press dan ITK Press Jalin Kerja Sama

Jumat, 20 Oktober 2023, Tim ITERA Press yang diwakili oleh Harits Setyawan, Doni Alfaruqy, dan Muhammad Arhan bertemu secara daring dengan Tim Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Press yang diwakili oleh Eko Agung Syaputra, Nursantina, dan Arief N. serta perwakilan dari LPPM Institut Teknologi Kalimantan dalam rangka menjalin kerjasama untuk mengembangkan penerbitan. Pada kesempatan itu, baik Tim ITERA Press maupun Tim ITK Press memaparkan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh penerbit PTN –Satker dan solusi-solusi yang diambil guna mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Harits Setyawan mewakili Tim ITERA Press menyampaikan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Institut Teknologi Sumatera Press
Eko Agung Syaputra mewakili Tim ITK Press menyampaikan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Institut Teknologi Kalimantan Press

Pertemuan tersebut semakin memperkaya wawasan kedua tim dalam mengelola sebuah unit di tengah kerasnya persaingan di dunia penerbitan buku. Kedua penerbit itu berencana mengadakan berbagai kerjasama untuk menunjang keberhasilan penerbit kampus. Dalam waktu dekat, Tim ITERA Press dan Tim ITK Press akan mengadakan pelatihan bersama sebagai langkah awal kerjasama kedua penerbit tersebut.

3 Tahun Berdiri, ITERA Press Berhasil Terbitkan Lebih dari 200 Buku Ber-ISBN

ITERA Press kembali unjuk gigi. Kali ini di usia 3 tahun, penerbit ini telah berhasil menerbitkan lebih dari 200 buku ber-ISBN. Hingga kini, ITERA Press telah mengajukan 234 buku ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 201 buku sudah memperoleh ISBN dan sisanya sedang dalam proses review. Rupanya, ITERA Press tidak hanya menerbitkan buku-buku karya civitas akademika Institut Teknologi Sumatera tetapi juga masyarakat umum. Penulis berasal dari berbagai penjuru Indonesia, mulai dari mahasiswa, guru, dosen, hingga pejabat pemerintahan. Buku-buku yang diterbitkan oleh ITERA Press juga sangat bervariasi. Terdapat buku anak dan semua umur, fiksi dan non fiksi, penelitian dan non penelitian, sole author dan bunga rampai, serta biografi dan autobiografi.

Harits Setyawan, koordinator permohonan ISBN dan serah simpan karya cetak dan karya rekam (SSKCKR) ITERA Press, menjelaskan buku dapat diusulkan untuk ISBN versi cetak dan elektronik. Untuk buku pada kategori umum, jumlah minimal isi buku adalah 49 halaman. Sementara itu untuk buku pada kategori anak-anak, isi buku boleh di bawah 49 halaman. “Perpustakaan Nasional Republik Indonesia semakin memperketat pemberian ISBN. Agar dapat memperoleh ISBN, buku harus ditujukan untuk masyarakat umum. Banyak buku yang dahulu bisa memperoleh ISBN tetapi sekarang tidak lagi, terutama buku-buku yang bersifat internal”, ungkapnya.

Harits menambahkan, tidak jarang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengharuskan buku-buku yang diajukan oleh ITERA Press untuk direvisi. Apabila terdapat revisi minor atau hal-hal yang masih bisa ditangani oleh penerbit, tim ITERA Press akan langsung merevisi buku-buku tersebut. Akan tetapi apabila revisi tersebut perlu dilakukan sendiri oleh penulis, tim ITERA Press akan menyampaikan permintaan revisi dari Perpusnas RI kepada penulis. Meskipun demikian, penulis bisa datang langsung ke ruang ITERA Press di Gedung Kuliah Umum (GKU) lantai 4, kampus Institut Teknologi Sumatera untuk berdiskusi terkait bagaimana merevisi buku apabila mengalami kendala. “Kami berkomitmen untuk membantu semaksimal mungkin agar buku bisa memperoleh ISBN”, pungkasnya.

Catatan 3 Tahun Perjalanan ITERA Press

Hari ini, Senin 09 Oktober 2023, ITERA Press genap berusia 3 tahun. Di usianya yang masih sangat muda, penerbit ini sudah mampu bersaing dengan penerbit-penerbit nasional terkemuka di Indonesia. Terbukti, ITERA Press berhasil menjadi salah satu penerbit peraih penghargaan pada Pekan Penghargaan Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam Tahun 2023 yang diadakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di bulan September kemarin.

Hingga saat ini, ITERA Press telah mengajukan lebih dari 200 buku ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 170 buku telah memperoleh ISBN dan sisanya sedang dalam proses review. Dengan angka rata-rata terbitan yang terus naik setiap tahunnya, ITERA Press optimis akan mampu menjadi penerbit penyumbang ISBN terbesar tidak hanya di Kabupaten Lampung Selatan tetapi juga di Provinsi Lampung.

Peran ITERA Press dalam mendukung kemajuan kampus tidak bisa dipandang sebelah mata. ITERA Press memungkinkan civitas akademika Institut Teknologi Sumatera untuk menerbitkan sebanyak apapun buku tanpa biaya. Tidak hanya itu, ITERA Press juga memungkinkan civitas akademika Institut Teknologi Sumatera untuk meningkatkan Sinta Score Overall dengan mudah. Bahkan, penerbit ini juga memungkinkan civitas akademika Institut Teknologi Sumatera untuk meraih berbagai prestasi di tingkat nasional dan internasional.

Sangat disayangkan, masih ada civitas akademika Institut Teknologi Sumatera yang mengirim buku-buku mereka ke penerbit yang tidak bereputasi, mahal, dan bahkan tidak terdaftar sebagai anggota IKAPI/ APPTI. Padahal di era yang sudah serba modern seperti sekarang ini, rekam jejak penerbit dapat dengan mudah ditelusuri oleh siapapun. Hal itu tentu saja dapat berdampak buruk pada citra buku dan penulis itu sendiri di mata masyarakat.

“Menerbitkan buku boleh di penerbit manapun. Tidak ada yang mewajibkan civitas akademika Institut Teknologi Sumatera untuk menerbitkan buku di ITERA Press. Meskipun demikian, pilih penerbit yang bereputasi demi citra penulis, buku, dan kampus”, terang Harits Setyawan. “Apabila penerbit belum cukup dikenal, selain mengecek laman penerbit, penulis juga sebaiknya mengecek nama penerbit di laman Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan IKAPI/ APPTI untuk melihat track record penerbit tersebut”, tambahnya.

Harits menyampaikan civitas akademika Institut Teknologi Sumatera yang memahami dunia penerbitan buku sangat diharapkan untuk bergabung ke dalam Tim ITERA Press agar dapat bersama-sama mengembangkan penerbit ini. Selain itu, civitas akademika Institut Teknologi Sumatera juga sangat diharapkan untuk memanfaatkan penerbitan buku yang telah disediakan oleh kampus dengan semaksimal mungkin. “Melalui ITERA Press, mari kita ukir prestasi untuk kampus tercinta kita, Institut Teknologi Sumatera. Mak Kham, Sapa Lagi. Mak Ganta, Kapan Lagi”, pungkasnya.

Dosen Ini Diterima Bekerja di 10 Kampus

Harits Setyawan, Tim ITERA Press, Pernah Diterima Bekerja di 10 Kampus

Bangga! ITERA Press memiliki anggota-anggota yang berpengalaman di bidangnya. Salah satunya yaitu Harits Setyawan, dosen Bahasa Inggris yang bertugas di program studi DKV Institut Teknologi Sumatera ini. Rupanya, Harits telah bermimpi untuk menjadi seorang dosen sejak masih mahasiswa. Perjuangannya dalam mewujudkan impiannya tersebut sangat patut untuk ditiru. Memulai karirnya di kampus sebagai NEC Fasilitator di STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung pada tahun 2012, Harits Setyawan merupakan mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan TA. Meskipun demikian, ia mampu melaksanakan tugas-tugas yang diembannya dengan baik. Harits berhasil wisuda pada jenjang S1 dari Universitas Lampung pada bulan Desember 2012.

Pada bulan Maret 2013, Harits diterima bekerja sebagai Dosen Tidak Tetap di Perguruan Tinggi Teknokrat, sekarang bernama Universitas Teknokrat Indonesia. Profesi dosen yang ditekuni menuntut pria berusia 24 tahun itu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Harits pun kembali menjadi mahasiswa di kampus yang sama tetapi pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu di program studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris (MPBI) angkatan 2014 gelombang 2. Menyelesaikan studinya dalam waktu kurang dari 3 semester, Harits berhasil menjadi wisudawan tercepat di kampus itu.

Harits Setyawan, Tim ITERA Press, Pernah Diterima Bekerja di 10 Kampus

Harits diterima bekerja sebagai Dosen Luar Biasa (DLB) di DCC Tanjung Senang, serta Instruktur Bahasa Inggris di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung dan Universitas Lampung (UNILA) setelah meraih gelar Magister pada tahun 2016. Aktif mempresentasikan tulisannya dalam seminar nasional dan internasional, Harits dipercaya sebagai reviewer sejak tahun 2017 di jurnal SMART yang dikelola oleh STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung, sekarang bernama Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI) Lampung. Kemudian, ia diterima bekerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ekonomi & Bisnis Islam (STEBI) Tanggamus dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer (STMIK) Pringsewu.

Di tahun yang sama, Harits juga diterima bekerja sebagai Tutor Bahasa Inggris di UPBJJ-Universitas Terbuka Bandar Lampung dan sudah terbiasa berhadapan dengan mahasiswa-mahasiswi yang usianya jauh di atas dirinya karena peserta didik di kampus tersebut hampir seluruhnya sudah berstatus pegawai. Keinginan yang kuat untuk memiliki homebase memotivasi Harits untuk terus melamar pekerjaan sebagai dosen di berbagai kampus. Lalu pada tahun 2018, ia diterima sebagai dosen di Institut Teknologi Sumatera (ITERA).

6 tahun menggelandang di 3 kota berburu pekerjaan tetap, perjuangan pria ini pun terbayarkan. Harits diterima sebagai dosen tetap di ITERA setelah melalui 1 tahun masa percobaan. Tidak ingin melukai kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, Harits pun melepas seluruh kampus tempat ia bekerja sebelumnya. Dosen ini pun akhirnya memiliki tempat tinggal (homebase). Dengan penuh rasa syukur, ia mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk Institut Teknologi Sumatera (ITERA), kampus tercinta yang telah mewujudkan impiannya.